watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

KENIKMATAN DIKAMPUS

Sore itu aku baru pulang dari rumah temanku.
Karena perjalanan pulang melewati kampusku,
maka sekalian aku menyempatkan diri untuk
mampir ke sana dengan tujuan melihat nilai UTS-
ku dan mencatat jadwal SP (Semester Pendek).
Kumasuki halaman kampus dan kuparkirkan
sepeda motor Tornado GX-ku. Saat itu waktu
telah menunjukkan jam 17.35, di tempat parkir
pun hanya terlihat 3-4 kendaraan. Aku segera
memasuki gedung fakultasku, di sana lorong-
lorong sudah gelap hanya diterangi beberapa
lampu downlight, sehingga suasananya remang-
remang, terkadang timbul perasaan ngeri di
gedung tua itu sepertinya hanya aku sendirian,
bahkan suara, langkah kakiku menaiki tangga pun
menggema. Akhirnya sampai juga aku di tingkat
4 dimana pengumuman hasil ujian dan jadwal SP
dipasang.
Ketika aku sedang melihat hasil UTS-ku dari lantai
bawah sekonyong-konyomg terdengar langkah
pelan yang menuju ke sini. Sadar atau tidak
kurasakan bulu kudukku berdiri dan
membayangkan makhluk apa yang nantinya akan
muncul. Ah konyol, kubuang pikiran itu jauh-
jauh, hantu mana mungkin terdengar bunyi
langkahnya. Suara langkah itu makin mendekat
dan akhirnya kulihat sosoknya, oohh, ternyata
lain dari yang kubayangkan, yang muncul
ternyata seorang gadis cantik. Aku pun
mengenalnya walaupun tidak kenal dekat, dia
adalah mahasiswi yang pernah sekelas denganku
dalam salah satu mata kuliah, namanya Yuli,
orangnya tinggi langsing, pahanya jenjang dan
mulus, buah dadanya pun membusung indah,
kuperkirakan ukurannya 34B, dipercantik dengan
rambut panjang kemerahan yang dikuncir ke
belakang dan wajah oval yang putih mulus. Dia
juga termasuk salah satu bunga kampus.
"Hai.. sore, mau lihat nilai ya?" tanyaku berbasa-
basi.
"Iya, kamu juga ya?" jawabnya dengan
tersenyum manis.
Aku lalu meneruskan mencatat jadwal SP,
sementara dia sedang mencari-cari NRP dan
melihat hasil ujiannya.
"Sori, boleh pinjam bolpoin dan kertas? gua mau
catat jadwal nih," tanyanya.
"Ooo, boleh, boleh gua juga udah selesai kok,"
aku lalu memberikannya secarik kertas dan
bolpoinku.
"Eh, omong-omong kamu kok baru datang
sekarang malam-malam gini, nggak takut
gedungnya udah gelap gini?" tanyaku.
"Iya, sekalian lewat aja kok, jadi mampir ke sini,
kamu sendiri juga kok datang jam segini?"
"Sama nih, gua juga baru pulang dari teman dan
lewat sini, jadi biar sekali jalanlah."
Kami pun mulai mengobrol, dan obrolan kami
makin melebar dan semakin akrab. Hingga kini
belum ada seorang pun yang terlihat di tempat
kami sehingga mulai timbul pikiran kotorku
terlebih lagi hanya ada sepasang pria dan wanita
dalam tempat remang-remang. Aku mulai
merasakan senjataku menggeliat dan mengeras.
Kupandangi wajah cantiknya, wajah kami saling
menatap dan tanpa sadar wajahku makin
mendekati wajahnya. Ketika semakin dekat tiba-
tiba wajahnya maju menyambutku sehingga
bibir kami sekarang saling berpagutan. Tanganku
pun mulai melingkari pinggangnya yang
ramping. Sekarang mulutnya mulai membuka
dan lidah kami saling beradu, rupanya dia cukup
ahli juga dalam berciuman, nampaknya ini bukan
pertama kalinya dia melakukannya. Wangi
parfum dan desah nafasnya yang sudah tidak
beraturan meningkatkan gairahku untuk berbuat
lebih jauh, tanganku kini mulai turun meremas-
remas pantatnya yang montok dan berisi, dia
juga membalasnya dengan melepas kancing
kemejaku satu persatu. Tiba-tiba aku sadar
sedang di tempat yang salah, segera kulepas
ciumanku.
"Jangan di sini, gua tau tempat aman, ayo ikut
gua!"
Kuajak dia ke lantai 3, kami menelusuri koridor
yang remang-remang itu menuju ke sebuah
ruangan kosong bekas ruangan mahasiswa
pecinta alam, sejak team pecinta alam pindah ke
ruang lain yang lebih besar ruangan ini
dikosongkan hanya untuk menyimpan peralatan
bekas dan sering tidak dikunci. Kubuka pintu dan
kutekan saklar di tembok, ruangan itu hampir
tidak ada apa-apa, hanya sebuah meja dan kursi
kayu jati yang sandarannya sudah bengkok,
beberapa perkakas usang, dan sebuah matras
bekas yang berlubang.
Segera setelah tombol kunci kutekan, kudekap
tubuhnya yang sedang bersandar di tepi meja.
Sambil berciuman tangan kami saling melucuti
pakaian masing-masing. Setelah kulepas tank top
dan branya, kulihat tubuh putih mulus dengan
payudara kencang dan putingnya yang
kemerahan. Saat itu aku dan dia sudah topless
tinggal memakai celana panjang saja. Kuarahkan
mulutku ke dada kanannya sementara tanganku
melepas kancing celananya lalu mulai menyusup
ke balik celana itu. Kurasakan kemaluannya yang
ditumbuhi bulu-bulu halus dan sudah becek oleh
cairan kenikmatan. Puting yang sudah menegang
itu kusapu dengan permukaan kasar lidahku
hingga dia menggelinjang-gelinjang disertai
desahan. Dengan jari telunjuk dan jari manis
kurenggangkan bibir kemaluannya dan jari
tengahku kumainkan di bibir dan dalam lubang itu
membuat desahannya bertambah hebat sambil
menarik-narik rambutku.
Akhirnya dengan perlahan-lahan kuturunkan
celana beserta celana dalamnya hingga lepas.
Kubuka resleting celanaku lalu kuturunkan CD-ku
sehingga menyembullah senjata yang dari tadi
sudah mengeras itu. Tangannya turut
membimbing senjataku memasuki liang
vaginanya, setelah masuk sebagian kusentakkan
badanku ke depan sehingga dia menjerit kecil.
Aku mulai menggerakkan badanku maju
mundur, semakin lama frekuensinya semakin
cepat sehingga dia mengerang-erang keenakan,
tanganku sibuk meremas-remas payudara
montoknya, dan lidahku menjilati leher dan
telinganya. Aku terus mendesaknya dengan
dorongan-dorongan badanku, hingga akhirnya
aku merasakan tangannya yang melingkari
leherku makin erat serta jepitan kedua pahanya
mengencang. Saat itu gerakanku makin
kupercepat, erangannya pun bertambah dahsyat
sampai diakhiri dengan jeritan kecil, bersamaan
dengan itu kurasakan pula cairan hangat
menyelubungi senjataku dan spermaku mulai
mengalir di dalam rahimnya. Kami menikmati
klimaks pertama ini dengan saling berpelukan dan
bercumbu mesra.
Tiba-tihba terdengar suara kunci dibuka dan
gagang pintu diputar, pintu pun terbuka, ternyata
yang masuk adalah Pak Ayip, kepala karyawan
gedung ini yang juga memegang kunci ruangan,
orangnya berumur 50-an keatas, rambutnya
sudah agak beruban, namun badannya masih
gagah. Kami kaget karena kehadirannya, aku
segera menaikkan celanaku yang sudah merosot,
Yuli berlindung di belakang badanku untuk
menutupi tubuh telanjangnya.
"Wah, wah, wah saya pikir ada maling di sini,
eh.. ternyata ada sepasang kekasih lagi berasik
ria!" katanya sambil berkacak pinggang.
"Maaf Pak, kita memang salah, tolong Pak jangan
bilang sama siapa-siapa tentang hal ini," kataku
terbata-bata.
"Hmmm... baik saya pasti akan jaga rahasia ini
kok, asal..."
"Asal apa Pak?" tanyaku.
Orang tua itu menutup pintu dan berjalan
mendekati kami.
"sal saya boleh ikut merasakan si Mak ini, he..
he... he...!" katanya sambil terus mendekati kami
dengan senyum mengerikan.
"Jangan, Pak, jangan!"
Dengan wajah pucat Yuli berjalan mundur sambil
menutupi dada dan kemaluannya untuk
menghindar, namun dia terdesak di sudut
ruangan. Kesempatan itu segera dipakai Pak Ayip
untuk mendekap tubuh Yuli. Dia langsung
memegangi kedua pergelangan tangan Yuli dan
mengangkatnya ke atas. "Ahh.. jangan gitu Pak,
lepasin saya atau... eeemmmhhh...!" belum
sempat Yuli melanjutkan perkataannya, Pak Ayip
sudah melumat bibirnya dengan ganas. Sekarang
Yuli sudah mulai berhenti meronta sehingga
tangan Pak Ayip sudah mulai melepaskan
pegangannya dan perlahan-lahan mulai turun ke
payudara kanan Yuli lalu meremas-remasnya
dengan gemas. Entah mengapa daritadi aku
hanya diam saja tanpa berbuat apa-apa selain
bengong menonton adegan panas itu, sangat
kontas nampaknya Yuli yang berparas cantik itu
sedang digerayangi oleh Pak Ayip yang tua dan
bopengan itu, seperti beauty and the beast saja,
dalam hati berkata, "Dasar bandot tua, sudah
ganggu acara orang masih minta bagian pula."
Ciuman Pak Ayip pada bibir Yuli kini mulai
merambat turun ke lehernya, dijilatinya leher
jenjang Yuli kemudian dia mulai menciumi
payudara Yuli sambil tangannya mengobok-obok
liang vagina Yuli. Diperlakukan seperti itu Yuli
sudah tidak bisa apa-apa lagi, hanya pasrah
sambil mendesah-desah, "Pak... aaakhh.. jangan..
eeemmhh... sudah Pak!" Setelah puas "menyusu"
Pak Ayip mulai menjelajahi tubuh bagian bawah
Yuli dengan jilatan dan ciumannya. Setelah
mengambil posisi berjongkok Pak Ayip
mengaitkan kaki kanan Yuli di bahunya dan
mengarahkan mulutnya untuk mencium
kemaluan yang sudah basah itu sambil sesekali
menusukan jarinya. Sementara Pak Ayip
mengerjai bagian bawah, aku melumat bibirnya
dan meremas buah dadanya yang montok itu,
putingnya yang sudah tegang itu kupencet dan
kupuntir.
Masih tampak jelas warna kemerahan bekas
gigitan dan sisa-sisa ludah pada payudara kirinya
yang tadi menjadi bulan-bulanan Pak Ayip. Tak
lama kemudian kurasakan dia mencengkram
lenganku dengan keras dan nafasnya makin
memburu, ciumannya pun makin dalam.
Rupanya dia mencapai orgasme karena oral seks-
nya Pak Ayip dan kulihat Pak Ayip juga sedang
asyik menghisap cairan yang keluar dari liang
senggamanya sehingga membuat tubuh Yuli
menegang beberapa saat dan dari mulutnya
terdengar erangan-erangan yang terhambat oleh
ciumanku. Sekarang aku membuat posisi Yuli
menungging di matras yang kugelar di lantai.
Kesetubuhi dia dari belakang, sambil meremas-
remas pantat dan payudaranya. Pak Ayip
melepaskan pakaiannya hingga bugil, kemudian
dia berlutut di depan wajah Yuli. Tanpa diperintah
Yuli segera meraih penis yang besar dan hitam
itu, mula-mula dijilatinya benda itu, dikulumnya
buah pelir itu sejenak lalu dimasukkannya benda
itu ke mulutnya. Pak Ayip mendengus dan
merem melek kenikmatan oleh kuluman Yuli, dia
menjejali penis itu hingga masuk seluruhnya ke
mulut Yuli.
Yuli pun agak kewalahan diserang dari 2 arah
seperti ini. Beberapa saat kemudian Pak Ayip
mengeluarkan geraman panjang, dia menahan
kepala Yuli yang ingin mengeluarkan penisnya
dari mulutnya, sementara aku makin
mempercepat goyanganku dari belakang. Tubuh
Yuli mulai bergetar hebat karena sodokan-
sodokanku dan juga karena Pak Ayip yang sudah
klimaks menahan kepalanya dan menyeburkan
spermanya di dalam mulut Yuli, sangat banyak
sperma Pak Ayip yang tercurah sampai cairan
putih itu meluap keluar membasahi bibirnya,
jeritan klimaks Yuli tersumbat oleh penis Pak Ayip
yang cukup besar sehingga dari mulutnya hanya
terdengar, "Emmpphh.. mmm.. hmmpphh..."
tangannya menggapai-gapai, dan matanya
terbeliak-beliak nikmat.
Kemudian Pak Ayip melepas penisnya dari mulut
Yuli, lalu dia berbaring telentang dan menyuruh
Yuli memasukkan penis yang berdiri kokoh itu ke
dalam vaginanya. Sesuai perintah Pak Ayip, dia
menduduki dan memasukkan penis Pak Ayip,
ekspresi kesakitan nampak pada wajahnya karena
penis Pak Ayip yang besar tidak mudah
memasuki liang vaginanya yang masih sempit,
Pak Ayip meremas-remas susu Yuli yang sedang
bergoyang di atas penisnya itu. Aku lalu
memintanya untuk membersihkan barangku
yang sudah belepotan sperma dan cairan
kemaluannya, ketika penisku sedang dijilati dan
dikulum olehnya, kutarik ikat rambutnya hingga
rambutnya tergerai bebas. "Wah cantik banget si
Mbak ini, mana memeknya masih sempit lagi,
benar-benar beruntung saya malam ini," kata Pak
Ayip memuji Yuli. "Dasar muka nanas, kalo dia
pacar gua udah gua hajar lo dari tadi!" gerutuku
dalam hati.
Setelah penisku dibersihkan Yuli, kuatur posisinya
tengkurap di atas Pak Ayip, dan kumasukkan
penisku ke duburnya, sungguh sempit liang
anusnya itu hingga dia menjerit histeris ketika aku
berhasil menancapkan penisku di sana. Kami
bertiga lalu mengatur gerakan agar dapat serasi
antara penis Pak Ayip di vaginanya dan penisku di
anusnya. Aku menghujam-hujamkan penisku
dengan ganas sambil meremas-remas payudara
dan pantatnya juga sesekali kujilati lehernya.
Sementara Pak Ayip juga aktif memainkan
payudara yang hanya beberapa sentimeter dari
wajahnya itu. Tak lama kemudian Yuli menjerit
keras, "Akkhh...!" tubuhnya menegang dan
tersentak-sentak lalu terkulai lemah menelungkup,
begitu tubuhnya rebah langsung disambut Pak
Ayip dengan kuluman di bibirnya. Aku dan Pak
Ayip melepas penis kami dan berdiri di depan Yuli
secara bergantian dia mengulum dan mengocok
penis kami hingga sperma kami muncrat
membasahi wajahnya.
Tubuh kami bertiga sudah bersimbah keringat
dan benar-benar lelah, terutama Yuli, dia nampak
sangat kelelahan setelah melayani 2 lelaki
sekaligus. Sesudah beristirahat sejenak, kami
berpakaian kembali. Kami membuat kesepakatan
dengan Pak Ayip untuk saling menjaga rahasia
ini, Pak Ayip pun menyetujuinya dengan syarat
Yuli mau melayaninya sekali lagi kapanpun bila
dipanggil, meskipun mulanya dia agak ragu-ragu
akhirnya disetujuinya juga. Kami yakin dia tidak
berani kelewatan karena dia juga tidak ingin hal ini
diketahui keluarganya. Sejak itu kami semakin
akrab dan sering melakukakan perbuatan itu lagi
meskipun tidak sampai pacaran, karena kami
sudah punya pacar masing-masing.


Adult | GO HOME | Exit
1/1170
U-ON

inc Powered by Xtgem.com